Secara
etimologi kata psikolinguistik terbentuk dari kata psikologi dan kata
linguistik,yakni dua bidang ilmu yang berbeda,yang masing-masing bardiri
sendiri,dengan prosedur dan metode yang berlainan. Namun,keduanya sama-sama
meneliti bahasa sebagai objek formalnya.hanya objek materinya yang
berbeda,linguistik mengkaji struktur bahasa,sedangkan psikologi mengkaji
prilaku berbahasa atau proses berbahasa.
2. Tujuan Psikolinguistik
Psikolinguistik
mencoba menguraikan proses- proses psikologi yang belangsung jika seseorang
mengucapkan kalimat- kalimat yang didengarnya pada waktu berkominkasi, dan
bagaimana kemampuan berbahasa itu diperoleh manusia ( slobin, 1974; meller,
1964; slama Cazahu, 1974). Maka secara teoritis tujuan utama psikolinguistik
adalah mencari satu teori bahasa yang linguistik bisa diterima dan secara
psikologi dapat menerangkan haikikat bahasa dan pemerolehannya. Dengan kata
lain psikolinguistik mencoba menerangkan hakikat struktur bahasa, dan bagaimana
struk ini diperoleh, digunakan pada waktu bertutur itu. Dalam prakteknya
psikolinguistik mencoba menerapkan pengetahuan linguistik dan psikologi pada
masalah- masalah seperti pengajaran dan pembelajaran bahasa, pengajaran membaca
permulaan dan membaca lanjut, kedwibahasaan dan kemultibahasaan, penyakit
bertutur seperti afasia, gagap, dan sebagainya; serta masalah – masalah sosial
lain yang menyangkut bahasa, seperti bahasa dan pendidikan, bahasa dan
pembangunan nusa dan bangsa.
3. Sejarah Perkembangan Psikolinguistik
Pada abad
yang silam terdapat dua aliran filsafat yang saling bertentangan dan yang
sangat mempengaruhi perkembangan linguistic dan psikologi. Yang pertama adalah
aliran empirisme yang erat kaitannya dengan psikologi asosiasi. Aliran
empirisme melakukan kajian terhadap data empiris atau objek yang dapat
diobservasi dengan cara menganalisis unsur- unsur pembentukannya sampai
sekecil- kecilnya. Oleh karena itu, aliran ini disebut bersifat atomistic, dan
lazim dikaitkan dengan asosiasi dan positivisme. Aliran kadua dikenal dengan
nama rasionalisme. Aliran ini mengkaji akal sebagai satu keseluruhan dn
menyatakan bahwa faktor- faktor yang ada dalam akal inilah yang patut
diteliti untuk bias memahami perilaku manusia itu. Oleh karena itu, aliran ini
disebut bersifat holistic, dan biasa dikaitkan dengan faham nativisme,idealism,
dan mentalisme.
Pada awal
perkembangannya, psikolinguistik bermula dari adanya pakar linguistik yang
berminat pada psikologi, dan adanya pakar psikologi yang berkencimbung dalam
linguistik. Dilanjutkan dengan adanya kerja sama antar paka linguistic dan
pakar psikologi, kemudian munculah pakar- pakar psikologi sebagai disiplin
mandiri.
1. Psikologi dan
linguistik
Dalam
sejarah kajian linguistik ada sejumlah pakar linguistik yang menaruh perhatian
besar pada psikologi
a.
Van Humboldt (1767- 1835) pakar lingustik berkebangsaan jerman telah mencoba
mengkaji hubungan antara bahasa (linguistik) dengan pemikiran manusia
(psikologi). Caranya dengan membandingkan tata bahasa dari bahasa- bahasa yang
berlainan dengan tabiat- tabiat bangsa- bangsa penutur bahasa itu dapat
disimpulkan bahwa bahasa (tata bahasa) suatu masyarakat menentukan
pandangan hidup masyarakat penutur bahasa itu.
b.
Ferdinand de Saussure (1958-1913) pakar linguistik berkembangsaan swiss, telah
berusaha menerangkan apa sebenarnya bahasa itu(linguistik), dan bagaimana
keadaan bahasa itu dalam otak (psikologi). Tiga istilah tentang bahasa yaitu
langage (bahasa pada umumnya yang bersifat abstrak), langue (bahasa tertentu
yang bersifat abstrak), dan parole (bahasa sebagai tuturan yang bersifat
konkret).
c.
Edward sapir (1884- 1939) pakar linguistik dan antropologi bangsa amerika,
telah mengikutsertakan psikologi dalam pengkajian bahasa.psikologi data
memberikan dasar ilmiah yang kuat dalam pengkajian bahasa. Sapir juga mencoba
mengkaji hubungan bahasa (linguistik) dengan pemikiran (psikologi) dan
kesimpulannya bahwa bahasa terutama strukturnya merupakan unsur yang menentukan
struktur pemikiran. Sapir juga menekankan bahwa linguistik dapat memberikan
sumbangan yang penting kepada psikologi gestalt dan sebaliknya psikologi
gestalt dapat membantu disiplin linguistik.
d.
Leonard bloomfield (1887-1949)pakar linguistik bangsa amerika menganalisis
bahasa yang telah dipengaruhi oleh dua aliran psiklogi yang saling bertntangan,
yaitu mentalisme dan behaviorisme.beliau menganalisis bahasa menurut prinsip-
prinsip mentalisme (yang sejalan dengan teori psikologi wundt) beliau
berpendapat bahwa berbahasa dimulai dari melahirkan pengalaman yang luar biasa,
terutama sebagai penjelmaan dari adanya tekanan emosi yang sangat kuat.
e.
Otto Jespersen, pakar linguistik berkembangsaan Denmark, telah menganalisis
bahasa menurut psikologi mentalistik yang juga sedikit berbau behaviorisme.
Jepersen berendapat bahwa bahasa bukanlah satu wujud dalam pengertian satu
benda seperti sebuah meja atau seekor kucing, melainkan merupakan satu fungsi
manusia sebagai lambang- lambang di dalam otak yang melambangkan pikiran atau
yang memangkitkan pikiran itu. Beliau juga berpendapat bahwa berkomunikasi
harus dilihat dari sudut perilaku. Beliau juga berpendapat bahwa satu kata
dapat dibandingkan dengan satu kebiasaan perilaku seperti mengangkat topi,
melirik, atau perbuatan lain.
4. Posisi Psikolinguistik dalam Studi
Linguistik
Dalam kajian
linguistik, Psikolinguistik berperan sebagai ilmu antardisiplin antara
psikologi dan linguistik yang mengkaji bahasa dan hakikat bahasa sebagai objek
formalnya. Karena berasal dari dua displin yang berbeda; yaitu psikologi dan
linguistik, maka objek materialnya pun berbeda. Linguistik mengkaji struktur
bahasa, sedangkan psikologi mengkaji perilaku berbahasa atau proses berbahasa.
5. Pentingnya Psikolinguistik dalam
Studi Linguistik
Psikolinguistik
berperan penting karena mencoba menerapkan pengetahuan psikologi dan
llinguistik pada masalah-masalah seperti pada pengajaran dan pembelajaran
bahasa, pengajaran membaca permulaan dan membaca lanjut, kedwibahasaan dan kemultibahasaan,
penyakit bertutur kata seperti afasia, gagap, dan lainnya; serta
masalah-masalah sosial lain yang menyangkut bahasa, seperti bahasa dan
pendidikan, bahasa dan pembangunan nusa dan bangsa.
6. Subdisplin Psikolinguistik
a. Psikolinguistik Teoritis
Subdisiplin
ini membabahas teori- teori bahaa yang berkaitan dengan proses- proses mental
manusia dalam berbahasa, misalnya dalam rangcangan fonetik, rancangan pilihan
kata, rancangan sintaksis, rancangan wacana, dan rancangan intonasi.
b. Psikolinguistik
Perkembangan
Subdisiplin ini berkaitan dengan proses pemerolehan
bahasa, baik pemerolehan bahasa pertama (BI) maupun pemerolehan bahasa kedua
(B2). Subdisiplin ini mengkaji proses pemrrolehan fonologi, proses pemerolehan
semantik, dan proses pemerolehan sintaksis secara berjenjang, bertahap, dan
terpadu.
c. Psikolinguistik
Social
Subdisiplin ini berkenaan dengan aspek- aspek sosial
bahasa. Bagi suatu masyarakat- bahasa, bahasa itu bukan hanya merupakan satu
gejala dan identitas sosial saja, tetapi juga merupakan suatu ikatan batin dan
nurani dan sukar yang ditinggalkan.
d. Psikolinguistik
Pendidikan
Subdisiplin ini mengkaji aspek- aspek pendidikan
secara umum dalam pendidikan formal disekolah. Umpamanya peranan bahasa dalam pengajaran
membaca, pengajaran kemahiran berbahasa, dan pengetahuan mengenai peningkatan
kemampuan berbahasa dalam proses memperaiki kemampuan menyampaikan pikiran dan
perasaan.
e. Psikolinguitik-
Neurelogi (Neuropsikolinguistik)
Subdisiplin ini mengkaji hubungan antara bahasa,
berbahasa, dan otak manusia. Para pakar neurologi telah berhasil menganalisis
struktur biologis otak, serta telah memberi nama pada bagian- bagian struktur
otak itu. Namun, ada pertanyaan yang belum di jawab secara lengkap, yaitu apa
yang terjadi dengan masukan bahasa dan bagaimana keluaran bahasa di
programkan dan di bentuk dalam otak itu.
f. Psikolinguistik
Eksperimen
Subdisiplin ini meliputi dan melakukan eksperimen
dalam semua kegiatan bahasa dan berbahasa pada satu pihak dan perilaku
berbahasa dan akibat berbahasa pada pihak lain.
g. Psikolinguistik
Terapan
Subdisiplin ini berkaitan dengan penerapan dari
temuan- temuan enam subdisplin psikolinguistik di atas ke dalam bidang- bidang
tertentu yang memerlukannya. Yang termasuk subdisiplin ini ialah psikologi ,
linguistik, pertuturan dan pemahaman, pembelajaran bahasa, pengajaran mermbaca
neurologi, pskiatri, komunikasi, dan susatra.
7. Pokok Bahasan
Psikolinguistik
Di dalam kurikulum Pendidikan Bahasa pada Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan mata kuliah psikolinguistik dimasukan dalam
kelompok mata kuliah proses belajar mengajar, dan bukan pada kelompok
linguistik/ kebahasaan. Hal ini karena pokok bahasan dalam psikolinguistik itu
erat kaitannya dengan kegiatan proses belajar- mengajar bahasa itu, yang
mencakup antara
lain, masalah berikut ini:
a. Apakah sebenarnya bahasa itu? Apakah yang “ dimiliki”
oleh seseorang sehingga dia mampu berbahasa? Bahasa itu terdiri dari komponen-
komponen apa saja ?
b. Bagaimana bahasa itu lahir dan mengapa dia harus
lahir? Dimanakah bahasa itu berada atau disimpan?
c.
Bagaimana bahasa pertama (bahasa ibu) diperoleh seorang kanak- kanak? Bagaimana
perkembangan penguasaan bahasa itu? Bagaimanakah bahasa kedua itu dipelajari ?
bagaimanakah seseorang bisa menguasai dua, tiga, atau banyak bahasa?
d.
Bagaimana proses penyusunan kalimat-kalimat? Proses apakah yang terjadi di
dalam otak waktu berbahasa?
e.
Bagaimanakah bahasa itu tumbuh dan mati? Bagaimana proses terjadinya sebuah
dialek? Bagaimana proses suatu dialek menjadi bahasa baru?
f.
Bagaimanakah hubungan bahasa dengan pemikiran? bagaimana pengaruh kedwibahasaan
atau kemultibahasaan dengan pemikiran dan kecerdasan seseorang?
g.
Mengapa seseorang menderita penyakit atau mendapatkan gangguan berbicara
(seperti afasia), dan bagaimana cara menyembuhkannya?
h.
Bagaimana bahasa itu harus diajarkan supaya hasilnya baik? Dan sebagainya.
8. Fokus Kajian
Psikolinguistik Pada Fakultas Pendidikan
Psikolinguistik
Perkembangan
Subdisiplin
ini berkaitan dengan proses pemerolehan berbahasa, baik pemerolehan bahasa
pertama maupun pemerolehan bahasa kedua. Subdisiplin ini mengkaji proses
pemerolehan fonologi, proses pemerolehan semantik, dan proses pemerolehan
sintaksis secara berjenjang, bertahap, dan terpadu.
Pemerolehan
bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seseorang kanak-kanak
ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Sedangkan
pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu
seorang anak mempelajari bahasa kedua, setelah dia memperoleh bahasa
pertamanya.
Ada dua
proses yang terjadi ketika seorang anak sedang memperoleh bahasa pertamanya,
yaitu proses kompetensi dan proses performansi. Kompetensi adalah proses
penguasaan tata bahasa yang berlangsung secara tidak disadari. Proses ini
menjadi syarat terjadinya proses performansi yang terdiri dari dua proses,
yaitu proses pemahaman dan proses penerbitan atau proses menghasilkan
kalimat-kalimat. Proses pemahaman melibatkan kemampuan memngamati atau
kemampuan mempersepsi kalimat-kalimat yang didengar. Sedangkan penerbitan
melibatkan kemampuan mengeluarkan kalimat sendiri. Proses kompetensi ini
apabila telah dikuasai anak-anak akan menjadi kemampuan linguistik anak-anak.
Jadi, kemampuan linguistik terdiri dari kemampuan memahami dan kemampuan
melahirkan kalimat baru yang dalam linguistik transformasi generatif disebut
perlakuan, atau pelaksanaan bahasa, atau performansi.
9. Manfaat Mempelajari
Psikolinguistik Bagi Guru dan atau Calon Guru
Bagi seorang
guru, yang tugas utamanya adalah mengajar,sangat penting memahami psikologi
belajar. Kegiatan pembelajaran, termasuk pembelajaran pendidikan agama
Islam,sarat dengan muatan psikologis. mengabaikan aspek – aspekpsikologis dalam
proses pembelajaran akan berakibat kegagalan,sehingga tujuan pembelajaran tidak
tercapai. Beberapa peran penting psikologi dalam proses pembelajaran adalah :
1.
Dapat mengetahui sejarah kelahiran dan perkembangan psikolinguistik sebagai
suatu disiplinmandiri.
2.
Dapat membantu Guru dalam memahami siswanya yang berbeda dalam hal
kecerdasan.
3. Dapat
mengetahui bagaimana bahasa pertama dan bahasa kedua itu diperoleh.
4.
Dapat mengetahui mengapa seseorang bisa menderita penyakit bertutur dan
bagaimana cara menyembuhkannya.
5. Dapat membantu
Guru dalam mengajarkan bahasa kedua supaya hasilnya baik.
6. Dapat
mengetahui bagaimana suatu dialek itu tercipta.
7. Dapat
mengetahui bagaimana proses yang terjadi di dalam otak ketika berbahasa
8.
Memahami siswa sebagai pelajar, meliputiperkembangannya, tabiat, kemampuan,
kecerdasan,motivasi, minat, fisik, pengalaman, kepribadian, dan lain-lain.
9. Memahami prinsip
– prinsip dan teori pembelaaran
10. Memilih memetode – metode pembelajaran
danpengajaran
11. Menetapkan tujuan pembelajaran dan
pengajaran
12. Menciptaka situasi pembelajaran dan
pengajaranyang kondusif
13. Memilih dan menetapkan isi pengajaran
14. Membantu peserta didik yang mengalami
kesulitanbelajar
15. Memilih alat Bantu pembelajaran dan
pengajaran
16. Menilai hasil pembelajaran dan
pengajaran
17. Memahami dan mengembangkan kepribadian
dan profesi guru
18. Membimbing perkembangan siswa.
CIRI BAHASA MANUSIA
A.
Pengertian
Bahasa
Berdasarkan
etimologis, bahasa berasal dari kosakata Sanskerta “bhāṣā”. Kata ini bermakna sebagai deskripsi atau definisi.
Sedangkan dalam bahasa Inggris, bahasa adalah ‘language’ yang memiliki kemungkinan asal kata dari ‘lughah’ dalam bahasa Arab. Kata
ini berepresentasikan sistem kata atau tanda yang digunakan untuk
menyampaikan gagasan
Sedangkan
para ahli memberikan beberapa definisi mengenai bahasa yaitu sebagai
berikut:
1. Ferdinand de Saussure Bahasa merujuk pada sebuah sistematika konvensional. bahasa terdiri dari
sekumpulan klasifikasi; bungi, kata serta sistem pengaturan yang digunakan
manusia untuk menyampaikan makna. (Saussure, 1959)
2. Plato Bahasa adalah pernyataan hasil
pikiran yang direfleksikan melalui ucapan.
3. Carrol Bahasa merujuk pada sebuah
sistem struktural mengenai bunyi yang sifatnya manasuka dan digunakan sebagai
komunikasi antar individu.
4. Wiiliam A. Haviland Sebuah sistem bunyi
yang memiliki aturan tertentu dan menimbulkan makna yang dapat ditangkap oleh
individu yang mengunakannya.
Sifat-Sifat
Bahasa
Abdul Chaer
memaparkan beberapa sifat bahasa, yaitu sebagai berikut (Chaer, 2003):
a. Bahasa adalah sebuah sistem
Tiap bahasa memiliki pola penggunaan yang sistematis.
Pola ini membentuk atruran-aturan penggunaan bahasa secara fungsional dan
struktural. Berdasarkan pola ini bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan
pesan yang berupa gagasan manusia. Lebih lanjut lagi, bahasa juga bersifat
sistemis. Artinya adalah bahasa merupakan sekelompok sistem pola penggunaan yang saling
mempengaruhi satu dan lainnya. Bahasa dapat digunakan jika pola-pola tersebut
salng berpadu menurut aturan tertentu.
b. Bahasa berwujud lambang
Bahasa sebagai lambang sejalan dengan pendapat
Saussure (Saussure, 1959). Ide-ide yang disampaikan melalui bahasa diwakili
oleh berbagai lambang. Lambang-lambang tersebut membentuk makna jika digunakan
dalam pola tertentu. Selain itu, makana yang menyertai lambang-lambang tersebut
dibentuk oleh aspek sosialogis penggunanya. Hal ini bermakna bahwa
manusia sebaga pengguna lambang adalah pihak yang menentukan makna dari
lambang-lambang tersebut.
c. Bahasa berupa bunyi
Pada awalnya, bahasa yang dikenal manusia adalah
bahasa lisan. Meskipun demikian, tidak semua bunyi dapat dikategorikan sebagai
bahasa. Bahasa adalah sistem bunyi yang teratur; memiliki pola dan aturan
tertentu sekelompok sistem pola penggunaan yang saling mempengaruhi satu dan
lainnya. Bahasa dapat digunakan jika pola-pola tersebut salng berpadu menurut
aturan tertentu.
d. Bahasa berwujud lambang
Bahasa sebagai lambang sejalan dengan pendapat
Saussure (Saussure, 1959). Ide-ide yang disampaikan melalui bahasa diwakili oleh
berbagai lambang. Lambang-lambang tersebut membentuk makna jika digunakan dalam
pola tertentu. Selain itu, makana yang menyertai lambang-lambang tersebut
dibentuk oleh aspek sosialogis penggunanya. Hal ini bermakna bahwa
manusia sebaga pengguna lambang adalah pihak yang menentukan makna dari
lambang-lambang tersebut.
e.
Arbitrer (manasuka)
Sebagaimana yang telah dipaaprkan, bahasa menyampaikan
ide melalui lambang-lambang. Penggunaan lambang-lambang tersebut tidak memiliki
hubungan khusus dengan ide yang disampaikan. Hal inilah hyang dimaksud dengan
arbitrer. Tidak ada hubungan langsung antara bentuk bunyi dan makna yang
disampaikan melalui bunyi tersebut (Fromkins, et al., 2003)
f.
Bermakna
Sistem bunyi dapat dianggap sebagai bahasa jika
memiliki makna. Lambang-lambang yang digunakan pada sebuah bahasa ditujukan
untuk menyampaikan makna tertentu. Sehingga penggunaan lambang yang tidak bermakna
bukan termasuk sebagai bahasa.
g.
Konvensional
Sistematika yang terdapat pada sebuah bahasa; baik
penggunaan lambang, pembentukan makna serta aturan penggunaannya adalah
kesepakatan kelompok pengguna bahasa tersebut. Hal ini bermakna bahawa
bahasa merupakan sebuah sistem konvensi suatu masyarakat tertentu dan seluruh
anggotanya harus mematuhinya dalam penggunaan sebuah bahasa.
h.
Unik
Terdapat beragam bahasa di dunia. Tiap bahasa tersebut
memiliki aturan dan sistematika penggunaan tertentu. Perbedaan tersebut membuat
tiap bahasa unik dan memiliki ciri spesifik yang membedakannya dari bahasa
lain.
i.
Universal
Konsep bahasa sebagai sistem universal dapat dipahami
dari pengertian bahwa bahawa adalah sistem bunyi. Tiap bahasa memiliki
sistem bunyi yang dapat dikelompokkan menjadi bunyi konsonan dan vokal. Konsep
universalitas ini menjadi kajian linguistik, terutama linguistik deskriptif
yang membahas sistem bahasa sebagai sebuah sistem yang universal dari tataran
bunyi, pembentukan kata serta pembentukan kalimat.
j.
Produktif
Tiap bahasa memiliki keterbatasan di tingkat fonologi,
morfologi serta sintaksis. Namun demikian, dalam keterbatasan tersebut
tiap bahasa masih mampu menyampaikan gagasan penggunanya. Hal inilah yang
dimaksud dengan bahasa bersifat produktif.
k.
Dinamis
Perkembangan bahasa seiring dengan dinamika sosial
penggunanya. Seiring dengan perkembangan kemanusiaan, bahasa juga berkembang.
Perubahan bahasa; termasuk peningkatan maupun kemunduran bahasa dapat terjadi
bergantung pada penggunanya; manusia.
l.
Bervariasi
Perbedaan yang timbul dari sisi kemanusiaan tentu
berpengaruh pada bahasa yang digunakannya. Hal ini menyebabkan munculnya
berbagai ragam bahasa; bahkan sebuah bahasa memiliki beberapa ragam
pemnggunaan. Perbedaan antar individu menimbulkan idiolek; variasi bahasa yang
bersifat perseorangan. Sedangkan perbedaan kelompok dan waktu menimbulkan
dialek; perbedaan bahasa disebabkan oleh kelompok penutur dan waktu
penggunaannya. Lebih lanjut lagi, perbedaam bahasa dapat dipengaruhi konteks
penggunaan; yang emunculkan ragam bahasa.
m.
Manusiawi
Manusia merupakan satu-satunya makhluk yang mampu
menggunakan bahasa. Hal ini dimungkinkan karena hanya manusia yang memiliki
fitur-fitur yang mendukung penggunaan bahasa; artikulator dan kreativitas
akal.
B.
Ciri-Ciri
Bahasa Manusia.
Tiap mahluk hidup memiliki cara masing-masing untuk
mengkomunikasikan makna. Manusia sebagai mahluk berakal telah mengembangkan
sebuah sistem komunikasi yang efektif dan efisien serta kompleks; bahasa.
Adanya akal pada manusia juga menyebabkan bahasa yang dikembangkan
manusia memilik ciri-ciri khusus yang tidak ditemukan pada bahasa yang
digunakan mahluk lain dalam berkomunikasi. Berikut adalah ciri-ciri bahasa manusia
yang menjadikannya berbeda dibandingkan bahasa mahluk lain (Fromkins, et al.,
2003).
a.
Bahasa manusia berkembang.
Bahasa yang digunakan manusia mampu
berkembang pada tiap aspek kebahasaannya. Perluasan kosakata, tatabahasa serta
penggunaan ini terjadi sebagai dampak dari dinamika kehidupan penutur sebuah
bahasa. Hal ini juga tidak terlepas dari adanya kreativitas manusia sebagai
mahluk yang memiliki akal. Dengan demikian pada hakikatnya tidak
ada bahasa yang dianggap primitif. Tiap bahasa merupakan sistematika
kompleks dan semuanya mampu digunakan untuk menyampaikan berbagai hal. Tiap
bahasa juga memungkinkan untuk berkembang seiring dengan perkembangan konsep
kemanusiaan itu sendiri.
b.
Bahasa manusia merupakan hasil
kesepakatan
Sebagai mahluk sosial, manusia menggunakan
bahasa yang merupakan kesepakatan antar penggunanya. Hal ini tidak terlepas
dari sifat bahasa sebagai sebuah sistem arbitrer. Bahasa sebagai sistem
arbitrer menggunakan penanda (signifier)
yang tidak memiliki hubungan khusus dengan petanda (signed) yang diwakilinya (Barthes, 1986). Hal tersebut tentu
membutuhkan sebuah kesepakatan antar pengguna bahasa mengenai konsep yang
diwakili oleh sebuah penanda. Lebih lanjut lagi kesepakatan ini juga
sangat dibutuhkan untuk memaparkan makna penanda yang bersifat abstrak; yang tidak
memiliki referensi konkret dalam kehidupan. Dengan demikian bahasa manusia
merupakan sebuah sistem konvensi (kesepakatan) antara penggunanya untuk
menentukan makna dari penanda yang digunakan pada bahasa tersebut.
c.
Bahasa manusia terikat pada sistem
tatabahasa yang produktif
Sifat bahasa manusia
yang merupakan sebuah sistem tanda dan produktif adalah ciri kebahasaan yang
tidak dimiliki oleh bahasa yang digunakan mahluk lain.
Bahasa
manusia memiliki tata penggunaan dan pembentukan baik dari sisi bunyi, bentuk
kata hingga rangkaian kata yang digunakan untuk menyampaikan sebuah gagasan.
Namun demikian, aturan ini tidak membatasi penggunaan bahasa manusia. Aturan
ini merupakan
rambu-rambu penggunaan bukan batasan penggunaan. Dengan adanya aturan ini
bahasa yang digunakan manusia secara nyata mampu menyampaikan pelbagai gagasan
dan konsep
C.
Fungsi Bahasa
dalam Kehidupan Manusia
Dalam
kehidupan manusia, bahasa memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Fungsi interpersonal
Fungsi interpersonal bahasa adalah untuk menjaga
hubungan manusia dengan manusia yang lain. Melalui bahasa, manusia membentuk
hubungan sosial yang baik dengan manusia lainnya. Manusia menggunakan bahasa
untuk membangun serta menjaga keakraban dan menunjukkan kepedulian terhadap
individu lain. Sehingga hubungan sosial yang telah terjalin dapat bertahan dan
berjalan harmonis.
b. Fungsi direktif
Fungsi direktif bahasa adalah penggunaan bahasa yang
bertujuan agar komunikan mau melakukan sesuatu yang dikehendaki oleh komunikator.
Bahasa menjadi media penyampaian keinginan yang memerlukan tanggapan dari
lawan bicara. Dalam melaksanakan fungsi direktif, bahasa hendaknya tetap
berpedoman pada nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku agar hubungan baik
antara komunikator dan komunikan tepat berjalan baik.
c.
Fungsi
referensial
Bahasa dapat digunakan untuk menggantikan sesuatu yang
tidak dapat dihadirkan. Hal inilah yang menjadi makna fungsi referensial
bahasa. Misalnya, ketika seorang bercerita mengenai surga, tidak mungkin gambaran
asli surga dapat ditampilkan. Maka sebagai gantinya bahasa digunakan untuk
merefleksikan kondisi dan keadaan surga.
d.
Fungsi
imajinatif
Manusia mampu secara kreatif menggunakan bahasa. Hal
ini yang menjadi dasar penggunaan bahas sebagai media penyampaian
imajinasi manusia. Bahasa digunakan manusia sebagai media bahasa sebagai media
imajinasi sering dikaitkan dengan sastra yang merupakan kreasi penggunaan
bahasa dalam bentuk yang indah