Pages

Jumat, 26 Februari 2016

PSIKOLINGUITIK

1. Pengertian Psikolinguistik
Secara etimologi kata psikolinguistik terbentuk dari kata psikologi dan kata linguistik,yakni dua bidang ilmu yang berbeda,yang masing-masing bardiri sendiri,dengan prosedur dan metode yang berlainan. Namun,keduanya sama-sama meneliti bahasa sebagai objek formalnya.hanya objek materinya yang berbeda,linguistik mengkaji struktur bahasa,sedangkan psikologi mengkaji prilaku berbahasa atau proses berbahasa.

2.      Tujuan Psikolinguistik
Psikolinguistik mencoba menguraikan proses- proses psikologi yang belangsung jika seseorang mengucapkan kalimat- kalimat yang didengarnya pada waktu berkominkasi, dan bagaimana kemampuan berbahasa itu diperoleh manusia ( slobin, 1974; meller, 1964; slama Cazahu, 1974). Maka secara teoritis tujuan utama psikolinguistik adalah mencari satu teori bahasa yang linguistik bisa diterima dan secara psikologi dapat menerangkan haikikat bahasa dan pemerolehannya. Dengan kata lain psikolinguistik mencoba menerangkan hakikat struktur bahasa, dan bagaimana struk ini diperoleh, digunakan pada waktu bertutur itu. Dalam prakteknya psikolinguistik mencoba menerapkan pengetahuan linguistik dan psikologi pada masalah- masalah seperti pengajaran dan pembelajaran bahasa, pengajaran membaca permulaan dan membaca lanjut, kedwibahasaan dan kemultibahasaan, penyakit bertutur seperti afasia, gagap, dan sebagainya; serta masalah – masalah sosial lain yang menyangkut bahasa, seperti bahasa dan pendidikan, bahasa dan pembangunan nusa dan bangsa.

3.      Sejarah Perkembangan Psikolinguistik
Pada abad yang silam terdapat dua aliran filsafat yang saling bertentangan dan yang sangat mempengaruhi perkembangan linguistic dan psikologi. Yang pertama adalah aliran empirisme yang erat kaitannya dengan psikologi asosiasi. Aliran empirisme melakukan kajian terhadap data empiris atau objek yang dapat diobservasi dengan cara menganalisis unsur- unsur pembentukannya sampai sekecil- kecilnya. Oleh karena itu, aliran ini disebut bersifat atomistic, dan lazim dikaitkan dengan asosiasi dan positivisme. Aliran kadua dikenal dengan nama rasionalisme. Aliran ini mengkaji akal sebagai satu keseluruhan dn menyatakan bahwa faktor- faktor yang ada dalam akal inilah  yang patut diteliti untuk bias memahami perilaku manusia itu. Oleh karena itu, aliran ini disebut bersifat holistic, dan biasa dikaitkan dengan faham nativisme,idealism, dan mentalisme.
Pada awal perkembangannya, psikolinguistik bermula dari adanya pakar linguistik yang berminat pada psikologi, dan adanya pakar psikologi yang berkencimbung dalam linguistik. Dilanjutkan dengan adanya kerja sama antar paka linguistic dan pakar psikologi, kemudian munculah pakar- pakar psikologi sebagai disiplin mandiri.
1.      Psikologi dan linguistik
Dalam sejarah kajian linguistik ada sejumlah pakar linguistik yang menaruh perhatian besar pada psikologi
a.       Van Humboldt (1767- 1835) pakar lingustik berkebangsaan jerman telah mencoba mengkaji hubungan antara bahasa (linguistik) dengan pemikiran manusia (psikologi). Caranya dengan membandingkan tata bahasa dari bahasa- bahasa yang berlainan dengan tabiat- tabiat bangsa- bangsa penutur bahasa itu dapat disimpulkan bahwa bahasa  (tata bahasa) suatu masyarakat menentukan pandangan hidup masyarakat penutur bahasa itu.
b.      Ferdinand de Saussure (1958-1913) pakar linguistik berkembangsaan swiss, telah berusaha menerangkan apa sebenarnya bahasa itu(linguistik), dan bagaimana keadaan bahasa itu dalam otak (psikologi). Tiga istilah tentang bahasa yaitu langage (bahasa pada umumnya yang bersifat abstrak), langue (bahasa tertentu yang bersifat abstrak), dan parole (bahasa sebagai tuturan yang bersifat konkret).
c.       Edward sapir (1884- 1939) pakar linguistik dan antropologi bangsa amerika, telah mengikutsertakan psikologi dalam pengkajian bahasa.psikologi data memberikan dasar ilmiah yang kuat dalam pengkajian bahasa. Sapir juga mencoba mengkaji hubungan bahasa (linguistik) dengan pemikiran (psikologi) dan kesimpulannya bahwa bahasa terutama strukturnya merupakan unsur yang menentukan struktur pemikiran. Sapir juga menekankan bahwa linguistik dapat memberikan sumbangan yang penting kepada psikologi gestalt dan sebaliknya psikologi gestalt dapat membantu disiplin linguistik.
d.      Leonard bloomfield (1887-1949)pakar linguistik bangsa amerika menganalisis bahasa yang telah dipengaruhi oleh dua aliran psiklogi yang saling bertntangan, yaitu mentalisme dan behaviorisme.beliau menganalisis bahasa menurut prinsip- prinsip mentalisme (yang sejalan dengan teori psikologi wundt) beliau berpendapat bahwa berbahasa dimulai dari melahirkan pengalaman yang luar biasa, terutama sebagai penjelmaan dari adanya tekanan emosi yang sangat kuat.
e.       Otto Jespersen, pakar linguistik berkembangsaan Denmark, telah menganalisis bahasa menurut psikologi mentalistik yang juga sedikit berbau behaviorisme. Jepersen berendapat bahwa bahasa bukanlah satu wujud dalam pengertian satu benda seperti sebuah meja atau seekor kucing, melainkan merupakan satu fungsi manusia sebagai lambang- lambang di dalam otak yang melambangkan pikiran atau yang memangkitkan pikiran itu. Beliau juga berpendapat bahwa berkomunikasi harus dilihat dari sudut perilaku. Beliau juga berpendapat bahwa satu kata dapat dibandingkan dengan satu kebiasaan perilaku seperti mengangkat topi, melirik, atau perbuatan lain.

4.      Posisi Psikolinguistik dalam Studi Linguistik
Dalam kajian linguistik, Psikolinguistik berperan sebagai ilmu antardisiplin antara psikologi dan linguistik yang mengkaji bahasa dan hakikat bahasa sebagai objek formalnya. Karena berasal dari dua displin yang berbeda; yaitu psikologi dan linguistik, maka objek materialnya pun berbeda. Linguistik mengkaji struktur bahasa, sedangkan psikologi mengkaji perilaku berbahasa atau proses berbahasa.

5.      Pentingnya Psikolinguistik dalam Studi Linguistik
Psikolinguistik berperan penting karena mencoba menerapkan pengetahuan psikologi dan llinguistik pada masalah-masalah seperti pada pengajaran dan pembelajaran bahasa, pengajaran membaca permulaan dan membaca lanjut, kedwibahasaan dan kemultibahasaan, penyakit bertutur kata seperti afasia, gagap, dan lainnya; serta masalah-masalah sosial lain yang menyangkut bahasa, seperti bahasa dan pendidikan, bahasa dan pembangunan nusa dan bangsa.

6.      Subdisplin Psikolinguistik

a.      Psikolinguistik Teoritis
Subdisiplin ini membabahas teori- teori bahaa yang berkaitan dengan proses- proses mental manusia dalam berbahasa, misalnya dalam rangcangan fonetik, rancangan pilihan kata, rancangan sintaksis, rancangan wacana, dan rancangan intonasi.
b.      Psikolinguistik Perkembangan
Subdisiplin ini berkaitan dengan proses pemerolehan bahasa, baik pemerolehan bahasa pertama (BI) maupun pemerolehan bahasa kedua (B2). Subdisiplin ini mengkaji proses pemrrolehan fonologi, proses pemerolehan semantik, dan proses pemerolehan sintaksis secara berjenjang, bertahap, dan terpadu.
c.       Psikolinguistik Social
Subdisiplin ini berkenaan dengan aspek- aspek sosial bahasa. Bagi suatu masyarakat- bahasa, bahasa itu bukan hanya merupakan satu gejala dan identitas sosial saja, tetapi juga merupakan suatu ikatan batin dan nurani dan sukar yang ditinggalkan.
d.      Psikolinguistik Pendidikan
Subdisiplin ini mengkaji aspek- aspek pendidikan secara umum dalam pendidikan formal disekolah. Umpamanya peranan bahasa dalam pengajaran membaca, pengajaran kemahiran berbahasa, dan pengetahuan mengenai peningkatan kemampuan berbahasa dalam proses memperaiki kemampuan menyampaikan pikiran dan perasaan.
e.       Psikolinguitik- Neurelogi (Neuropsikolinguistik)
Subdisiplin ini mengkaji hubungan antara bahasa, berbahasa, dan otak manusia. Para pakar neurologi telah berhasil menganalisis struktur biologis otak, serta telah memberi nama pada bagian- bagian struktur otak itu. Namun, ada pertanyaan yang belum di jawab secara lengkap, yaitu apa yang terjadi dengan masukan bahasa dan bagaimana keluaran bahasa di programkan  dan di bentuk dalam otak itu.
f.       Psikolinguistik Eksperimen
Subdisiplin ini meliputi dan melakukan eksperimen dalam semua kegiatan bahasa dan berbahasa pada satu pihak dan perilaku berbahasa dan akibat berbahasa pada pihak lain.
g.      Psikolinguistik Terapan
Subdisiplin ini berkaitan dengan penerapan dari temuan- temuan enam subdisplin psikolinguistik di atas ke dalam bidang- bidang tertentu yang memerlukannya. Yang termasuk subdisiplin ini ialah psikologi , linguistik, pertuturan dan pemahaman, pembelajaran bahasa, pengajaran mermbaca neurologi, pskiatri, komunikasi, dan susatra.
7.      Pokok Bahasan Psikolinguistik
Di dalam kurikulum Pendidikan Bahasa pada Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan mata kuliah psikolinguistik dimasukan dalam kelompok mata kuliah proses belajar mengajar, dan bukan pada kelompok linguistik/ kebahasaan. Hal ini karena pokok bahasan dalam psikolinguistik itu erat kaitannya dengan kegiatan proses belajar- mengajar bahasa itu, yang mencakup antara lain, masalah berikut ini:
a.       Apakah sebenarnya bahasa itu? Apakah yang “ dimiliki” oleh seseorang sehingga dia mampu berbahasa? Bahasa itu terdiri dari komponen- komponen apa saja ?
b.      Bagaimana bahasa itu lahir dan mengapa dia harus lahir? Dimanakah bahasa itu berada atau disimpan?
c.       Bagaimana bahasa pertama (bahasa ibu) diperoleh seorang kanak- kanak? Bagaimana perkembangan penguasaan bahasa itu? Bagaimanakah bahasa kedua itu dipelajari ? bagaimanakah seseorang bisa menguasai dua, tiga, atau banyak bahasa?
d.      Bagaimana proses penyusunan kalimat-kalimat? Proses apakah yang terjadi di dalam otak waktu berbahasa?
e.       Bagaimanakah bahasa itu tumbuh dan mati? Bagaimana proses terjadinya sebuah dialek? Bagaimana proses suatu dialek menjadi bahasa baru?
f.       Bagaimanakah hubungan bahasa dengan pemikiran? bagaimana pengaruh kedwibahasaan atau kemultibahasaan dengan pemikiran dan kecerdasan seseorang?
g.      Mengapa seseorang menderita penyakit atau mendapatkan gangguan berbicara (seperti afasia), dan bagaimana cara menyembuhkannya?
h.      Bagaimana bahasa itu harus diajarkan supaya hasilnya baik? Dan sebagainya.

8.      Fokus Kajian Psikolinguistik Pada Fakultas Pendidikan
Psikolinguistik Perkembangan
Subdisiplin ini berkaitan dengan proses pemerolehan berbahasa, baik pemerolehan bahasa pertama maupun pemerolehan bahasa kedua. Subdisiplin ini mengkaji proses pemerolehan fonologi, proses pemerolehan semantik, dan proses pemerolehan sintaksis secara berjenjang, bertahap, dan terpadu.
Pemerolehan bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seseorang kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Sedangkan pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu seorang anak mempelajari bahasa kedua, setelah dia memperoleh bahasa pertamanya.
Ada dua proses yang terjadi ketika seorang anak sedang memperoleh bahasa pertamanya, yaitu proses kompetensi dan proses performansi. Kompetensi adalah proses penguasaan tata bahasa yang berlangsung secara tidak disadari. Proses ini menjadi syarat terjadinya proses performansi yang terdiri dari dua proses, yaitu proses pemahaman dan proses penerbitan atau proses menghasilkan kalimat-kalimat. Proses pemahaman melibatkan kemampuan memngamati atau kemampuan mempersepsi kalimat-kalimat yang didengar. Sedangkan penerbitan melibatkan kemampuan mengeluarkan kalimat sendiri. Proses kompetensi ini apabila telah dikuasai anak-anak akan menjadi kemampuan linguistik anak-anak. Jadi, kemampuan linguistik terdiri dari kemampuan memahami dan kemampuan melahirkan kalimat baru yang dalam linguistik transformasi generatif disebut perlakuan, atau pelaksanaan bahasa, atau performansi.

9.      Manfaat Mempelajari Psikolinguistik Bagi Guru dan atau  Calon Guru
     
Bagi seorang guru, yang tugas utamanya adalah mengajar,sangat penting memahami psikologi belajar. Kegiatan pembelajaran, termasuk pembelajaran pendidikan agama Islam,sarat dengan muatan psikologis. mengabaikan aspek – aspekpsikologis dalam proses pembelajaran akan berakibat kegagalan,sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai. Beberapa peran penting psikologi dalam proses pembelajaran adalah :
1.       Dapat mengetahui sejarah kelahiran dan perkembangan psikolinguistik sebagai suatu disiplinmandiri.
2.        Dapat membantu Guru dalam memahami siswanya yang berbeda dalam hal kecerdasan.
3.        Dapat mengetahui bagaimana bahasa pertama dan bahasa kedua itu diperoleh.
4.        Dapat mengetahui mengapa seseorang bisa menderita penyakit bertutur dan bagaimana cara menyembuhkannya.
5.       Dapat membantu Guru dalam mengajarkan bahasa kedua supaya hasilnya baik.
6.       Dapat mengetahui bagaimana suatu dialek itu tercipta.
7.       Dapat mengetahui bagaimana proses yang terjadi di dalam otak ketika berbahasa
8.       Memahami siswa sebagai pelajar, meliputiperkembangannya, tabiat, kemampuan, kecerdasan,motivasi, minat, fisik, pengalaman, kepribadian, dan lain-lain.
9.       Memahami prinsip – prinsip dan teori pembelaaran
10.   Memilih memetode – metode pembelajaran danpengajaran
11.   Menetapkan tujuan pembelajaran dan pengajaran
12.   Menciptaka situasi pembelajaran dan pengajaranyang kondusif
13.   Memilih dan menetapkan isi pengajaran
14.   Membantu peserta didik yang mengalami kesulitanbelajar
15.   Memilih alat Bantu pembelajaran dan pengajaran
16.   Menilai hasil pembelajaran dan pengajaran
17.   Memahami dan mengembangkan kepribadian dan profesi guru
18.   Membimbing perkembangan siswa.

CIRI BAHASA MANUSIA

A.      Pengertian Bahasa
Berdasarkan etimologis, bahasa berasal dari kosakata Sanskerta “bhāṣā”. Kata ini  bermakna sebagai deskripsi atau definisi. Sedangkan dalam bahasa Inggris, bahasa adalah ‘language’  yang memiliki kemungkinan asal kata dari ‘lughah’  dalam bahasa Arab. Kata ini  berepresentasikan sistem kata atau tanda yang digunakan untuk menyampaikan gagasan
Sedangkan para ahli memberikan beberapa definisi mengenai bahasa yaitu sebagai  berikut:
1.      Ferdinand de Saussure Bahasa merujuk pada sebuah sistematika konvensional. bahasa terdiri dari sekumpulan klasifikasi; bungi, kata serta sistem pengaturan yang digunakan manusia untuk menyampaikan makna. (Saussure, 1959)
2.  Plato Bahasa adalah pernyataan hasil pikiran yang direfleksikan melalui ucapan.
3. Carrol Bahasa merujuk pada sebuah sistem struktural mengenai bunyi yang sifatnya manasuka dan digunakan sebagai komunikasi antar individu.
4. Wiiliam A. Haviland Sebuah sistem bunyi yang memiliki aturan tertentu dan menimbulkan makna yang dapat ditangkap oleh individu yang mengunakannya.
Sifat-Sifat Bahasa
Abdul Chaer memaparkan beberapa sifat bahasa, yaitu sebagai berikut (Chaer, 2003):
a.       Bahasa adalah sebuah sistem
Tiap bahasa memiliki pola penggunaan yang sistematis. Pola ini membentuk atruran-aturan penggunaan bahasa secara fungsional dan struktural. Berdasarkan pola ini bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan pesan yang berupa gagasan manusia. Lebih lanjut lagi, bahasa juga bersifat sistemis. Artinya adalah bahasa merupakan  sekelompok sistem pola penggunaan yang saling mempengaruhi satu dan lainnya. Bahasa dapat digunakan jika pola-pola tersebut salng berpadu menurut aturan tertentu.
b.      Bahasa berwujud lambang
Bahasa sebagai lambang sejalan dengan pendapat Saussure (Saussure, 1959). Ide-ide yang disampaikan melalui bahasa diwakili oleh berbagai lambang. Lambang-lambang tersebut membentuk makna jika digunakan dalam pola tertentu. Selain itu, makana yang menyertai lambang-lambang tersebut dibentuk oleh aspek sosialogis  penggunanya. Hal ini bermakna bahwa manusia sebaga pengguna lambang adalah  pihak yang menentukan makna dari lambang-lambang tersebut.
c.       Bahasa berupa bunyi
Pada awalnya, bahasa yang dikenal manusia adalah bahasa lisan. Meskipun demikian, tidak semua bunyi dapat dikategorikan sebagai bahasa. Bahasa adalah sistem  bunyi yang teratur; memiliki pola dan aturan tertentu sekelompok sistem pola penggunaan yang saling mempengaruhi satu dan lainnya. Bahasa dapat digunakan jika pola-pola tersebut salng berpadu menurut aturan tertentu.
d.      Bahasa berwujud lambang
Bahasa sebagai lambang sejalan dengan pendapat Saussure (Saussure, 1959). Ide-ide yang disampaikan melalui bahasa diwakili oleh berbagai lambang. Lambang-lambang tersebut membentuk makna jika digunakan dalam pola tertentu. Selain itu, makana yang menyertai lambang-lambang tersebut dibentuk oleh aspek sosialogis  penggunanya. Hal ini bermakna bahwa manusia sebaga pengguna lambang adalah  pihak yang menentukan makna dari lambang-lambang tersebut.
e.       Arbitrer (manasuka)
Sebagaimana yang telah dipaaprkan, bahasa menyampaikan ide melalui lambang-lambang. Penggunaan lambang-lambang tersebut tidak memiliki hubungan khusus dengan ide yang disampaikan. Hal inilah hyang dimaksud dengan arbitrer. Tidak ada hubungan langsung antara bentuk bunyi dan makna yang disampaikan melalui bunyi tersebut (Fromkins, et al., 2003)
f.       Bermakna
Sistem bunyi dapat dianggap sebagai bahasa jika memiliki makna. Lambang-lambang yang digunakan pada sebuah bahasa ditujukan untuk menyampaikan makna tertentu. Sehingga penggunaan lambang yang tidak bermakna bukan termasuk sebagai bahasa.
g.      Konvensional
Sistematika yang terdapat pada sebuah bahasa; baik penggunaan lambang,  pembentukan makna serta aturan penggunaannya adalah kesepakatan kelompok  pengguna bahasa tersebut. Hal ini bermakna bahawa bahasa merupakan sebuah sistem konvensi suatu masyarakat tertentu dan seluruh anggotanya harus mematuhinya dalam  penggunaan sebuah bahasa.

h.      Unik
Terdapat beragam bahasa di dunia. Tiap bahasa tersebut memiliki aturan dan sistematika penggunaan tertentu. Perbedaan tersebut membuat tiap bahasa unik dan memiliki ciri spesifik yang membedakannya dari bahasa lain.
i.        Universal
Konsep bahasa sebagai sistem universal dapat dipahami dari pengertian bahwa  bahawa adalah sistem bunyi. Tiap bahasa memiliki sistem bunyi yang dapat dikelompokkan menjadi bunyi konsonan dan vokal. Konsep universalitas ini menjadi kajian linguistik, terutama linguistik deskriptif yang membahas sistem bahasa sebagai sebuah sistem yang universal dari tataran bunyi, pembentukan kata serta pembentukan kalimat.
j.        Produktif
Tiap bahasa memiliki keterbatasan di tingkat fonologi, morfologi serta sintaksis.  Namun demikian, dalam keterbatasan tersebut tiap bahasa masih mampu menyampaikan gagasan penggunanya. Hal inilah yang dimaksud dengan bahasa  bersifat produktif.
k.      Dinamis
Perkembangan bahasa seiring dengan dinamika sosial penggunanya. Seiring dengan perkembangan kemanusiaan, bahasa juga berkembang. Perubahan bahasa; termasuk peningkatan maupun kemunduran bahasa dapat terjadi bergantung pada  penggunanya; manusia.
l.        Bervariasi
Perbedaan yang timbul dari sisi kemanusiaan tentu berpengaruh pada bahasa yang digunakannya. Hal ini menyebabkan munculnya berbagai ragam bahasa; bahkan sebuah bahasa memiliki beberapa ragam pemnggunaan. Perbedaan antar individu menimbulkan idiolek; variasi bahasa yang bersifat perseorangan. Sedangkan perbedaan kelompok dan waktu menimbulkan dialek; perbedaan bahasa disebabkan oleh kelompok penutur dan waktu penggunaannya. Lebih lanjut lagi, perbedaam bahasa dapat dipengaruhi konteks penggunaan; yang emunculkan ragam bahasa.
m.    Manusiawi
Manusia merupakan satu-satunya makhluk yang mampu menggunakan bahasa. Hal ini dimungkinkan karena hanya manusia yang memiliki fitur-fitur yang mendukung  penggunaan bahasa; artikulator dan kreativitas akal.
B.  Ciri-Ciri Bahasa Manusia.
Tiap mahluk hidup memiliki cara masing-masing untuk mengkomunikasikan makna. Manusia sebagai mahluk berakal telah mengembangkan sebuah sistem komunikasi yang efektif dan efisien serta kompleks; bahasa. Adanya akal pada manusia juga menyebabkan  bahasa yang dikembangkan manusia memilik ciri-ciri khusus yang tidak ditemukan pada  bahasa yang digunakan mahluk lain dalam berkomunikasi. Berikut adalah ciri-ciri bahasa manusia yang menjadikannya berbeda dibandingkan bahasa mahluk lain (Fromkins, et al., 2003).
a.       Bahasa manusia berkembang.
Bahasa yang digunakan manusia mampu berkembang pada tiap aspek kebahasaannya. Perluasan kosakata, tatabahasa serta penggunaan ini terjadi sebagai dampak dari dinamika kehidupan penutur sebuah bahasa. Hal ini juga tidak terlepas dari adanya kreativitas manusia sebagai mahluk yang memiliki akal. Dengan demikian pada hakikatnya tidak ada bahasa yang dianggap primitif. Tiap  bahasa merupakan sistematika kompleks dan semuanya mampu digunakan untuk menyampaikan berbagai hal. Tiap bahasa juga memungkinkan untuk berkembang seiring dengan perkembangan konsep kemanusiaan itu sendiri.
b.      Bahasa manusia merupakan hasil kesepakatan
Sebagai mahluk sosial, manusia menggunakan bahasa yang merupakan kesepakatan antar penggunanya. Hal ini tidak terlepas dari sifat bahasa sebagai sebuah sistem arbitrer. Bahasa sebagai sistem arbitrer menggunakan penanda  (signifier) yang tidak memiliki hubungan khusus dengan petanda (signed) yang diwakilinya (Barthes, 1986). Hal tersebut tentu membutuhkan sebuah kesepakatan antar pengguna bahasa mengenai konsep yang diwakili oleh sebuah penanda. Lebih lanjut lagi kesepakatan ini  juga sangat dibutuhkan untuk memaparkan makna penanda yang bersifat abstrak; yang tidak memiliki referensi konkret dalam kehidupan. Dengan demikian bahasa manusia merupakan sebuah sistem konvensi (kesepakatan) antara penggunanya untuk menentukan makna dari penanda yang digunakan pada bahasa tersebut.
c.       Bahasa manusia terikat pada sistem tatabahasa yang produktif
Sifat bahasa manusia yang merupakan sebuah sistem tanda dan produktif adalah ciri kebahasaan yang tidak dimiliki oleh bahasa yang digunakan mahluk lain.
Bahasa manusia memiliki tata penggunaan dan pembentukan baik dari sisi bunyi, bentuk kata hingga rangkaian kata yang digunakan untuk menyampaikan sebuah gagasan. Namun demikian, aturan ini tidak membatasi penggunaan bahasa manusia. Aturan ini   merupakan rambu-rambu penggunaan bukan batasan penggunaan. Dengan adanya aturan ini bahasa yang digunakan manusia secara nyata mampu menyampaikan pelbagai gagasan dan konsep

C.  Fungsi Bahasa dalam Kehidupan Manusia
Dalam kehidupan manusia, bahasa memiliki fungsi sebagai berikut:
a.      Fungsi interpersonal
Fungsi interpersonal bahasa adalah untuk menjaga hubungan manusia dengan manusia yang lain. Melalui bahasa, manusia membentuk hubungan sosial yang baik dengan manusia lainnya. Manusia menggunakan bahasa untuk membangun serta menjaga keakraban dan menunjukkan kepedulian terhadap individu lain. Sehingga hubungan sosial yang telah terjalin dapat bertahan dan berjalan harmonis.
b.      Fungsi direktif
Fungsi direktif bahasa adalah penggunaan bahasa yang bertujuan agar komunikan mau melakukan sesuatu yang dikehendaki oleh komunikator. Bahasa menjadi media  penyampaian keinginan yang memerlukan tanggapan dari lawan bicara. Dalam melaksanakan fungsi direktif, bahasa hendaknya tetap berpedoman pada nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku agar hubungan baik antara komunikator dan komunikan tepat  berjalan baik.
c.       Fungsi referensial
Bahasa dapat digunakan untuk menggantikan sesuatu yang tidak dapat dihadirkan. Hal inilah yang menjadi makna fungsi referensial bahasa. Misalnya, ketika seorang  bercerita mengenai surga, tidak mungkin gambaran asli surga dapat ditampilkan. Maka sebagai gantinya bahasa digunakan untuk merefleksikan kondisi dan keadaan surga.
d.      Fungsi imajinatif
Manusia mampu secara kreatif menggunakan bahasa. Hal ini yang menjadi dasar  penggunaan bahas sebagai media penyampaian imajinasi manusia. Bahasa digunakan manusia sebagai media bahasa sebagai media imajinasi sering dikaitkan dengan sastra yang merupakan kreasi penggunaan bahasa dalam bentuk yang indah