Pages

Jumat, 26 Februari 2016

STRETEGI PENGAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM “METODE DAN PENDEKATAN DALAM PENDIDIKAN ISLAM”



                                                                                     A.  Latar Belakang

            Usaha untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pendidikan khususnya Pendidikan Agama Islam senantiasa terus dikembangkan melalui pengkajian berbagai komponen pendidikan. Perbaikan dan penyempurnaan kurikkulum, bahan ajar, manajemen pendidikan, proses belajar mengajar dan lain-lain sudah banyak dilakukan. Tujuan utamanya adalah untuk memajukan pendidikan nasional dan meningkatkan hasil pendidikan, tidak terkecuali bidang Pendidikan Agama Islam.
Perbaikan dan penyempurnaan sistem pembelajaran merupakan upaya yang paling nyata dalam meningkatkan proses dan hasil belajar para siswa sebagai salah satu indikator kemajuan dan kualitas pendidikan. Proses belajar mengajar merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah, agar tujuan pendidikan dan pengajaran berjalan dengan benar. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.
Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Interaksi dalam peristiwa belajar mengajar mempunyai arti luas, tidak sekedar hubungan antara guru dan siswa, berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar Upaya tersebut diarahkan kepada kualitas pembelajaran sebagai sebuah proses yang diharapkan dapat menghasilkan kualitas hasil belajar siswa
Strategi pembelajaran adalah salah satu upaya  yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Komponen-komponen pendidikan dan pengajaran diatur sedemikian rupa sehingga memiliki fungsi yang optimal dalam mencapai tujuan pengajaran dan pendidikan. Strategi pembelajaran juga memberikan alternatif terhadap proses pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas. Semua sumber belajar , baik manusia maupun  sarana dan prasarana dirancang dan direncanakan untuk membantu proses belajar para siswa.
Kata pendidikan telah didefinisikan secara berbeda-beda oleh berbagai fakar, yang banyak dipengaruhi pandangan dunia masing-masing. Tetapi, pada dasarnya semua pandangan yang berbeda itu bertemu dalam suatu kesimpulan awal, bahwa pendidikan merupakan suatu proses penyiapan generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih baik.
Pendidikan lebih dari pada sekedar pengajaran. Kalau pengajaran dapat dikatakan sebagai suatu proses transfer ilmu belaka, namun pendidikan merupakan transpormasi nilai dan pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya. Dengan demikian, pengajaran lebih berorientasi pada pembentukan “Tukang-tukang” atau para spesialis yang lebih bersifat tekhnis. Perbedaan pendidikan dengan pengajaran terletak pada penekanan pendidikan terhadappembentukan kesadaran dan kepribadian anak didik disamping transfer ilmu dan keahlian.
Mengambil makna dari pandangan tersebut artinya pendidikan secara umum memuat sebuah usaha dan cara-cara yang dipersiapkan oleh pelaku pendidikan (Guru Pendidik) dengan persiapan yang matang dan penekanan-penekanan menuju ke arah proses transformasi nilai dan pembentukan kepribadian yang sesungguhnya tidak mudah dilaksanakan. Jika kemudian dihubungkan dengan Islam-sebagai sistem keagamaan-kata pendidikan menimbulkan pengertian-pengertian baru dengan penekanan dan karakteristik yang berbeda-beda sesuai dengan cara pandang yang digunakan oleh para ahli.
Pendidikan Islam dipandang sebagai sebuah usaha dan cara kerja, paling sedikit memiliki tiga karakter, Seperti yang ditulis Ayzumardi yaitu Pertama, bahwa pendidikan Islam memiliki karakter penekanan pada pencarian ilmu pengetahuan,penguasaan dan penguasaan atas dasar ibadah kepada Allah SWT; kedua, pendidikan Islam merupakan sebuah pengakuan akan potensi dan kemampuan seseorang untuk berkembang dalam suatu kepribadia; ketiga, pendidikan Islam merupakan sebuah pengalaman ilmu atas dasar tanggung jawab kepada Tuhan yang Maha Esa.
Sementara Zakiyah Daradjat mendefinisikan, bahwa pendidikan Islam merupakan usaha dan kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka menyampaikan seruan agama dengan berdakwah, menyampaikan ajaran, memberi contoh, melatih keterampilan berbuat, memberi motivasi dan menciptakan lingkungan sosial yang mendukung pelaksanaan ide pembentukan pribadi muslim. Sejalan dengan pandangan Darajat, Ahmad D. Marimba memberikan titik fokus usaha pendidikan islam, yaitu terletak pada bimbingan jasmani dan rohani menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran islam.
Dari sini jelas bahwa sanya pendidikan Islam sebagai sebuah usaha manusia biasa yang menempati posisi mulia sebagai tugas kemanusiaan dan kehambaan, karena terjalin dalam rangka hubungan antara manusia sekaligus bernilai ibadah kepada tuhan. Umat Islam sendiri mengakui, sesungguhnya kegiatan pendidikan merupakan sebuah sarana melaksanakan kegiatan menurut ilmu (uthlub al-ilm). Untuk itulah ajaran islam dijadikan sumber filosofi teratas, sebagaimana dikutip dari al-syaibani:
“siapa saja yang meneliti agama Islam dengan berbagai sumber Islam dan sunah, qiyas syar’i, ijma’ yang diakui, ijtihad dan tafsir yang benar yang dibuat oleh ulama-ulama kita yang soleh sepanjang zaman akan terdapat pada setiap hal itu akan terbentuk pikiran yang menyeluruh dan terpadu tentang alam jagad, manusia, masyarakat dan bangsa, pengetahuan manusia dan akhlak…..selain itu orang yang mengkaji islam pada berbagai subernya….. akan keluar dengan pikiran-pikiran universal dan terpadu tentang filsafat wujud, filsafat pengetahuan, dan filsafah nilai. Inilah yang diperlukan pendidik dalam membina pendidikan yang sebaik-baiknya.”
Menurut Syaibany ini mengingatkan kita, bahwa pada pengertian global ajaran islam telah memberikan konsep dasar filosofis, berkaitan dengan unsur pendidikan secara umum (tataran paidagogis). Kemudian dari konsep dasar itu itulah pada ahli atau pemikiran mengembangkannya dari ide-ide dan tekhnis spesipik terkait dengan cara-cara mendidik, starategi belajar-mengajar, dan sebagainya dengan lebih prosedural berdasarkan tatanan didaktik-metodik.
Satu dari sekian luas kajian dalam ruang lingkup pendidikan islam adalah aspek metodeloginya. Dalam metodelogi pendidikan antaralain membahs tentang metode (cara), usaha, pendekatan, tekhnik, dan starategi yang dapat digunakan untuk mencapai semua tujuan-tujuan yang ingin diraih dalam kegiatan pendidikan Islam.

B.  Strategi Pembelajaran
Ada berbagai pengertian  strategi pembelajaran yang dikemukakan oleh para ahli pembelajaran (instructional technology), di antaranya akan dipaparkan sebagai berikut:
a.    Kozna (1989) secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.
b.    Gerlach dan Ely (1980) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu.
c.    Dick dan Carey (1990) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang/atau digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
d.   Gropper (1990) mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Menurut Drs, Muhaimin, M.A. Strategi Pembelajaran adalah metode untuk menata interaksi antara peserta didik dengan komponen-komponen metode pembelajaran lain, seperti pengorganisasian dan penyampaian isi pembelajaran. Strategi pengelolaan pembelajaran PAI berupaya untuk menata interaksi peserta didik dengan memperhatikan empat hal, yaitu: (1), Penjadwalan kegiatan pembelajaran yang menunjukkan tahap-tahap kegiatan yang harus ditempuh peserta didik dalam pembelajaran. (2). Membuat catatan kemajuan belajar  peserta didik melalui penilaian yang komprehensip dan berkala selama proses pembelajaran berlangsung maupun sesudahnya. (3). Pengelolaan motivasi peserta didik dengan menciptakan cara-cara yang mampu meningkatkan motivasi belajar peserta didik. (4). Pengawasan belajar yang mengacu pada pemberian kebebasan untuk memilih tindakan belajar yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.
Memerhatikan beberapa pengertian strategi pembelajaran di atas , dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya di akhir kegiatan belajar

C.  Prinsip-prinsip Belajar dan Pembelajaran
Sebelum memulai proses pembelajaran hendaknya dipahami dulu prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran yang mengacu pada teori belajar dan pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk memilih dan menentukan metode pembelajaran yang tepat yang akan diterapkan dalam proses belajar-mengajar. Prinsip-prinsip tersebut antara lain adalah:
1.      Prinsip Kesiapan (Readiness)
Salah satu faktor yang mempengaruhi proses belajar adalah kesiapan peserta didik yaitu kesiapan kondisi fisik dan psikisnya.  Peserta didik yang belum siap melaksanakan tugas belajar akan mengalami kesulitan atau bahkan putus asa dalam belajar. Kesiapan ini meliputi kematangan dan pertumbuhan fisik dan psikis, tingkat kepandaian, pengalaman belajar sebelumnya, motivasi dan lain-lain. Sehingga untuk merancang rencana pembelajaran perlu dilakukan hal-hal berikut:
a.       Materi atau tugas yang diberikan disesuaikan dengan tingkat usia, kemampuan, dan latar belakang pengalamanpeserta didik.
b.      Sebelum mulai pembelajaran perlu dilakukan tes untuk mengetahui tingkat kesiapan dan kemampuan peserta didik.
c.       Bahan-bahan dan tugas-tugas belajar dipersiapkan secara bervariasi sesuai dengan faktor kesiapan kognitif, afektif dan psikomotor peserta didik.
2.      Prinsip motivasi (motivation)
Adanya motivasi yang tinggi untuk belajar  pada diri peserta didik, yang ditandai dengan bersungguh-sungguh dan menunjukkan minat serta perhatian dan rasa ingin tau yang kuat untuk ikut serta dalam kegiatan belajar, berusaha keras dan meluangkan waktu yang cukup untuk belajar serta menyelesaikan tugas. Berdasarkan sumbernya, motivasi ada dua yaitu motivasi intrinsik yaitu  motivasi yang datang dari dalam diri peserta didik dan motivasi ekstrinsik yakni motivasi yang berasal dari lingkungan di luar diri peserta didik. Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam hendaknya selalu diusahakan  agar dapat menimbulkan motivasi intrinsik dengan penerapan metode pembelajaran yang dapat menumbuhkan motivasi belajar dalam diri peserta didik. Sedangkan untuk menumbuhkan motivasi ekstrinsik adalah dengan menciptakan suasana lingkungan yang religius yang akan memotivasi belajar peserta didik untuk mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam.
3.      Prinsip partisipasi peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar.
Prinsip ini adalah salah satu prinsip yang sangat penting dalam pembelajaran. Minat belajar yang tinggi yang diikuti oleh tercurahnya perhatian pada kegiatan belajar mengajar akan membawa peserta didik ke suasana berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. Keaktifan peserta didik tidak hanya dilihat dari gerakan-gerakan badaniah saja, tetapi juga dari keaktifan mereka secara akliah dan batiniyah misalnya perhatian peserta didik yang terfokus pada isi ceramah  yang disampaikan oleh guru, tanya jawab, berdiskusi, mengerjakan tugas serta kegiatan-kegiatan lain yang mendukung kegiatan belajar mengajar, sehingga pikiran dan perasaan peserta didik tidak berpindah pada obyek lain. Dalam merancang rencana pembelajaran hendaknya guru menyiapkan cara-cara agar peserta didik dapat selalu berpartisipasi aktif dalam proses belajar-mengajar, sehingga tidak menjadi peserta yang pasif.
4.      Prinsip Persepsi
Persepsi adalah suatu proses yang bersifat kompleks yang menyebabkan seseorang dapat menerima dan menyerap informasi yang diperoleh dari lingkungannya. Semua proses belajar mengajar selalu dimulai dari persepsi yaitu setelah peserta didik menerima stimulus berupa materi pembelajaran dari guru. Persepsi dianggap sebagai tahap awal dari pemahaman kognitif peserta didik yang bersifat relatif, selektif dan teratur. Karena itu sejak dini kepada peserta didik perlu ditanamkan persepsi yang baik dan akurat mengenai apa yang akan dipelajari. Jika peserta didik memiliki persepsi yang salah terhadap apa yang dipelajari, maka untuk selanjutnya akan sulit merubah persepsi yang sudah melekat tersebut. Untuk membentuk persepsi yang benar pada diri peserta didik yang perlu diperhatikan adalah dalam pembelajaran diperlukan penjelasan yang benar dan jelas tentang materi pelajaran tertentudan juga mengupayakan berbagai sumber belajar yang mendukung pemahaman yang benar pada diri peserta didik mengenai apa yang sedang dipelajari.
5.      Prinsip Retensi yaitu mengingat kembali materi pembelajaran yang sudah dipelajari oleh peserta didik. Dengan retenzi membuat apa yang sudah dipelajari dapat bertahan atau tinggal lebih lama dalam struktur kognitif dan dapat diingat kembali apabila diperlukan.

D.  Kriteria Pemilihan Strategi Pembelajaran
Pemilihan strategi pembelajaan yang akan digunakan dalam proses pembelajaran harus berorientasi pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Selain itu, juga harus disesuaikan dengan jenis materi, karakteristik peserta didik, serta situasi atau kondisi dimana proses pembelajaran tersebut akan berlangsung. Terdapat beberapa metode dan tehnik pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru, tetapi tidak semuanya sama efektifnya dapat mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itu dibutuhkan kreativitas guru dalam memilih strategi pembelajaran tersebut.
Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam memilih strategi pembelajaran, yaitu sebagai berikut.
1.    Berorientasi pada tujuan pembelajaran. Tipe perilaku apa yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik.
2.     Pilih tehnik pembelajaran sesuai dengan keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki.
3.    Gunakan media pembelajaran yang sebanyak mungkin dan sesuai yang dapat memberikan rangsangan dan membantu peserta didik memahami dan menguasai materi pelajaraqn yang disampaikan.
Selain kriteria diatas, pemilihan strategi pembelajaran dapat dilakukan dengan memerhatikan pertanyaan-pertanyaan dibawah ini.
1.    Apakah materi pelajaran paling tepat disampaikan secara klasikal (serentak bersama-sama dalam satu satuan waktu)?
2.    Apakah materi pelajaran sebaiknya dipelajari peserta didik secara individual sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing?
3.    Apakah pengalaman langsung hanya dapat berhasil diperoleh dengan jalan praktik langsung dalam kelompok dengan guru atau tanpa kehadiran guru?
4.    Apakah diperlukan diskusi atau konsultasi secara individual antara guru dan siswa?

E.  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Pembelajaran adalah upaya untuk menjabarkan nilai-nilai yang terkandung dalam kurikulum dengan mengalisis tujuan pembelajaran dan karakteristik isi bidang studi Pendidikan Agama Islam yang terkandung dalam kurikulum. Selanjutnya dilakukan kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan cara-cara (strategi) pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan sesuai dengan kondisi yang ada, agar kurikulum dapat teraktualisasi dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar terwujud dalam diri peserta didik.
Dalam Pembelajaran ada tiga komponen utama atau faktor yang saling berpengaruh dalam proses pembelajaran pendidikan Agama, yaitu:
1.      Kondisi pembelajaran Pendidikan Agama.
Faktor kondisi ini berhubungan dengan pemilihan, penetapan dan pengembangan metode pembelajaran PAI. Kondisi pembelajaran PAI dapat diklasifikasi menjadi tujuan pembelajaran, karakteristik bidang studi dan kendala pembelajaran PAI. Tujuan pembelajaran PAI adalah hasil yang diharapkan dapat dicapai dalam proses pembelajaran. Karakteristik bidang studi PAI adalah aspek yang terbangun dalam stuktur isi atau tipe isi bidang studi, berupa fakta, konsep, dalil/hukum, prinsip/kaidah, prosedur dan keimanan yang menjadi landasan dalam mendeskripsikan strategi pembelajaran. Sedangkan kendala pembelajaran adalah bisa berupa keterbatasan sumber belajar, keterbatasan alokasi waktu atau keterbatasan media pembelajaran.
2.      Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Metode adalah cara-cara tertentu yang paling sesuai untuk dapat diterapkan dalam pembelajaran PAI untuk mencapai tujuan yang diinginkan, tujuan pembelajaran yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
3.      Hasil Pembelajaran.
Hasil pembelajaran PAI adalah mencakup semua akibat yang dapat dijadikan indikator keberhasilan penggunaan metode yang digunakan dalam pembelajaran. Hasil pembelajaran PAI dapat berupa hasil yang nyata dan hasil yang diinginkan. Hasil yang nyata adalah hasil belajar PAI yang dicapai peserta didik secara nyata dengan  digunakannya metode tertentu dalam pembelajaran yang dikembangkan sesuai dengan kondisi tertentu. Sedangkan tujuan yang diinginkan biasanya sering mempengaruhi keputusan perancang pembelajaran PAI dalam melakukan pilihan suatu metode pembelajaran yang paling baik untuk digunakan  sesuai dengan kondisi yang ada.
F.   Penerapan Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam selain berorientasi pada masalah kognitif, tetapi lebih mengedepankan aspek nilai, baik nilai ketuhanan maupun kemanusiaan yang hendak ditumbuh kembangkan ke dalam diri peserta didik sehingga dapat melekat ke dalam dirinya dan menjadi kepribadiannaya. Menurut Noeng Muhajir (1988) seperti dikutip oleh Drs. Muhaimin, M.A. ada beberapa strategi yang bisa digunakan dalam pembelajaran nilai, yaitu:
1.      Strategi Tradisional. Yaitu pembelajaran nilai dengan jalan memberikan nasehat atau indoktrinasi. Strategi ini dilaksanakan dengan cara memberitahukan secara langsung nilai-nilai mana yang baik dan yang kurang baik. Dengan strategi tersebut guru memiliki peran yang menentukan, sedangkan siswa tinggal menerima kebenaran dan kebaikan yang disampaikan oleh guru. Penerapan Strategi tersebut akan menjadikan peserta didik hanya mengetahui atau menhafaljenis-jenis nilai tertentu dan belum tentu melaksanakannya. Karena itu tekanan strategi ini lebih bersifat kognitif.
2.      Pembelajaran nilai dengan Strategi Bebas yang merupakan kebalikan dari strategi tradisional. Dalam penerapannya guru memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk memilih dan menentukan nilai-nilai mana yang akan diambilnya. Dengan demikian peserta didik memiliki kesempatan yang seluas-luasnya untuk memilih dan menentukan nilai pilihannya, dan peran peserta didik dan guru sama-sama terlibat secara aktif. Kelemahan metode ini peserta didik belum tentu mampu memilih nilai mana yang baik atau buruk bagi dirinya sehingga masih sangat diperlukan bimbingan dari pendidik untuk memilih nilai yang terbaik.
3.      Pembelajaran nilai dengan Strategi Reflektif yaitu dengan menggunakan pendekatan teoretik ke pendekatan empirik dengan mengaitkan teori dengan pengalaman. Dalam penerapan strategi ini dituntut adanya konsistensi  dalam penerapan teori dengan pengalaman peserta didik. Strategi ini lebih relevan dengan tuntutan perkembangan berpikir peserta didik dan tujuan pembelajaran nilai untuk menumbuhkan kesadaran rasional terhadap suatu nilai tertentu.
4.      Pembelajaran nilai dengan Strategi trasinternal yaitu membelajarkan nilai dengan melakukan tranformasi nilai, transaksi nilai dan trasinternalisasi. Dalam penerapan strategi ini guru dan peserta didik terlibat dalam komunilasi aktif baik secara verbal maupun batin (kepribadian). Guru berperan sebagai penyaji informasi, pemberi contoh atau teladan, serta sumber nilai yang melekat dalam pribadinya yang direspon oleh peserta didik dan mempolakan dalam kepribadiannya.
Selanjutnya akan penulis sampaikan beberapa metode pembelajaran PAI yang bisa diterapkan dalam pengembangan pembelajaran PAI. Menurut konsep metode pengajaran yang ditawarkan oleh Ibnu Sina berpendapat bahwa penyampaian materi pembelajaran pada anak harus disesuaikan denga sifat dari materi pelajaran tersebut, sehingga antara metode dengan materi yang diajarkan tidak akan kehilangan daya relevansinya. Ada beberapa metode pembelajaran yang ditawarkan oleh Ibnu Sina antara lain adalah metode talqin (Sekarang dikenal dengan metode tutor sebaya), metode demonstrasi, pembiasaan dan teladan, diskusi dan penugasan.
Metode Tutor teman sebaya biasanya digunakan dalam pembelajaran al Qur’an, yaitu dengan cara menugaskan peserta didik yang pintar untuk membimbing teman-temannya yang masih tertinggal. Metode Demonstrasi menurut Ibnu Sina, dapat digunakan dalam pembelaran menulis. Menurutnya dengan metode tersebut seorang guru mencontohkan terlebih dahulu tulisan huruf hijaiyah kepada peserta didik dilajutkan denga pengucapan huruf-huruf tersebut kemudian di tirukan oleh peserta didik. Untuk pembelajaran masa sekarang, metode ini bisa diterapkan pada materi pembelajaran yang berorientasi pada ranah psikomotor seperti pembelajaran wudhu atau shalat dan lain-lain.
Metode pembiasaan dan teladan adalah salah satu metode yang paling efektif diterapkan pada pengajaran akhlak dengan dilakukan pembiasaan dan teladan yang disesuaikan dengan perkembangan jiwa peserta didik. Penerapan metode Diskusi  dilakukan dengan cara penyajian pelajaran yang berupa pengetahuan yang bersifat rasional dan teoritis. Metode ini kemudian berkembang pesat pada sekarang ini.
Untuk metode penugasan dilaksanakan dengan memberikan tugas tertentu pada peserta didik agar dikerjakan diluar jam pelajaran di sekolah yang dimaksudkan agar siswa selalu melakukan kegiatan belajar.

G. Macam-macam Pengajaran Pendidikan Agama Islam
Bahan pelajaran agama tidak diragukan lagi mengandung nilai-nilai bagi pembentukan pribadi muslim tetapi kalau diberikan dengan cara yang kurang wajar misalnya anak disuruh menghafal secara mekanis apa yang disampaikan oleh guru atau yang terdapat di dalam buku-buku pelajaran, tidak mustahil akan timbul pada diri anak, murid merasa tidak senang dengan guru agamanya. Oleh karena itu, diperlukan metode yang tepat untuk setiap jenis bahan memerlukan jenis belajar sendiri. Pada umumnya dikenal jenis bahan dan jenis belajar yang sesuai dengannya.
1.    Bahan yang memerlukan pengamatan. Pengetahuan yang dimiliki oleh anak pada umumnya diperoleh melalui pengamatan/alat indera. Contoh pengetahuan tentang shalat dan pelaksanaannya. Dengan mendengar uraian guru murid dapat mengetahui belai indera pendengar, dan begitu juga dengan membaca maka indera penglihatan yang berfungsi dari contoh di atas maka metode yang cocok adalah metode ceramah metode resitasi atau metode proyek (dalam hal ini proyek tentang shalat)
2.    Bahan yang memerlukan keterampilan atau gerakan tertentu. Untuk mengusai bahan sejenis ini seseorang terutama harus belajar secara motoris (motor type of learning) contoh bahan pelajaran tentang jenazah (mengkafani jenazah) untuk mengusai keterampilan itu guru harus memberi kesempatan kepada murid melakukan serangkaian kegiatan yang berhubungan dengan gerakan-gerakan atau keterampilan mengukur, menggunting, membungkus serta keterampilan membaca doa atau bacaan yang berhubungan dengan jenazah. Dari contoh di atas maka metode yang relevan adalah metode demonstrasi dan drill.
3.    Bahan yang mengandung materi hafalan. Bahan pelajaran agama yang seperti ini termasuk cukup banyak dan segera harus diketahui dan dihafalkan karena akan digunakan dalam beribadah dan beramal untuk mempelajari bahan hafalan ini diperlukan jenis belajar menghafal (memory type of learning). Belajar dengan menghafal sering menimbulkan penyakit verbalisme yaitu anak tahu cara penyebutan kata-kata, definisi dan sebagainya, tetapi tidak dipahami. Untuk menghindari anak dari penyakit tersebut perlu diperhatikan prinsip-prinsip berikut : Bahan yang akan diajarkan hendaknya diusahakan agar dipahami benar-benar oleh anak. Dan Bahan hafalan hendaknya merupakan suatu kebulatan jadi untuk materi hafalan metode yang relevan adalah metode resitasi dan tanya jawab.
4.    Bahan yang mengandung unsur emosi. Bahan yang mengandung emosi seperti kejujuran, keberanian, kesabaran, kegembiraan, kasih sayang dan sebagainya. Bahan seperti ini memerlukan jenis belajar tersendiri yang disebut emosional type of learning, dibandingkan dengan jenis belajar yang lain, jenis belajar emosi ini belum mendapat perhatian sebagaimana mestinya. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena jenis belajar ini kurang dipahami dan pelaksanaannya tidak mudah.

H.  Tujuan dan Fungsi Strategi pembelajaran
Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh para ahli bahwa pengertian pembelajaran secara garis besarnya adalah suatu proses belajar mengajar antar guru dan anak didik atau pun ada sangkut pautnya dengan manusia.
Dalam proses belajar mengajar, strategi pembelajaran sangat dibutuhkan. Hal ini bertujuan untuk lebih mengikatkan kualitas anak didik menuju terbinanya insan yang handal dan mampu. Tentunya untuk tujuan ini maka strategi pembelajaran termasuk didalamnya mengidentifikasi segala bentuk dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.
Muhaimin, mengemukakan bahwa paling tidak strategi pembelajaran tersebut sangat bermanfaat pada setiap tahapan dan proses belajar mengajar, baik pada tahap kesiapan (Readiness), pemberian motovasi, perhatian, memberikan persepsi, retensi maupun dalam melakukan transfer ilmu pengetahuan kepada siswa
Dapat di jelaskan bahwa strategi yang dibutuhkan adalah persiapan proses belajar mengajar dan yang harus diperhatikan adalah kesiapan belajar siswa baik fisik maupun psikis (Jasmani-Rohani) yang memungkinkan siswa atau subjek untuk melakukan proses belajar. Selanjutnya, pada aspek pemberian motivasi, strategi sangat memberikan pengaruh karena motivasi ini mengharuskan adanya tenaga pendorong (motivator) atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku kearah suatu tujuan tertentu dalam hal ini adalah pada pencapaian tujuan proses belajar mengajar. Adapaun target ideal dari strategi dalam proses pembelajaran adalah kemampuan siswa memahami apa yang telah dipelajari baik kemampuan kognitif, afektif maupun psikomotorik. Atas dasar ini maka perhatian atau dapat dikatakan kesungguhan dan keseriusan siswa dalam proses belajar mengajar menjadi sangat urgen. Pada prinsip ini menyangkut suatu proses yang bersifat kompleks yang menyebabkan orang dapat menerima atau meringkas informasi yang diperioleh dari lingkungannya.
Untuk menjelaskan tentang fungsi strategi pendidikan alangkah pentingnya untuk menjelaskan terlebih dahulu tentang fungsi pendidikan Nasional sebagai tujuan nasional dari suatu pendidikan di Indonesia. Perlunya hal ini mengingat bahwa seluruh proses pendidikan yang di selenggarakan bermuara pada fungsi pendidikan nasional itu sendiri.
Adapun fungsi pendidikan Nasional, sebagai berikut:
a.       Alat membangun pribadi, pengembangan warga Negara, pengembangan kebudayaan, dan mengembangkan bangsa Indonesia.
b.      Menurut Undang-Undang RI No. 2 tahun 2003 Bab II pasal 3 pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat bangsa Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional
Oleh sebab itu fungsi strategi pandidikan dalam arti mikro (sempit) adalah suatu cara atau teknik yang dapat membantu (secara sadar) pelaksanaan pendidikan dalam mengembangkan aspek jasmani dan rohani peserta didik.
Dengan demikian maka akan nampak bahwa strategi pendidikan ikut memberikan tuntunan, bantuan, pertolongan kepada guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar dan peserta didik.. Untuk menjamin berkembangnya potensi-potensi agar menjadi lancar dan terarah, diperlukan pertolongan, tuntunan dari luar. Jika unsur pertolongan tidak ada, maka potensi tersebut tetap tinggal potensi belaka yang tidak sempat diaktualisasikan.
Berkenaan dengan pencapaian tujuan pembelajaran, strategi pendidikan  merupakan salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan termasuk dalam dalam merencanakan pembelajaran hingga pada pelaksaan pembelajaran. Sebab segala kegiatan pembelajar muaranya pada tercapainya tujuan tersebut.

I.     Metode dalam Pendidikan Islam
Metode dalam pendidikan islam (Umum dan Agama Islam) mempunyai peranan penting dalam mewujudkan tujuan-tujuan yang diciptakan bersama. Karena itu metode menjadi sebuah sarana yang bermakna dalam menyajikan pelajaran, sehingga dapat membantu siswa memahami bahan-bahan pelajaran untuk mereka. Arifin Muzayin mengingatkan, bahwa tanpa metode suatu materi pelajaran tidak akan dapat memproses secara efisien dan efektik dalam pendidikan.
Ada tiga pendekatan dalam kajian pendidikan yaitu pendekatan historis, filosofis, dan sosiologis. Pendekatan historis adalah pendekatan keilmuan dengan sejarah. Pendidikan ini di komparasikan dengan fakta yang terjadi dan berkembang dalam waktu dan tempat-tempat tertentu un tuk mengetahui persamaan dan perbedaan dalam suatu permasalahan pendekatan filosofis adalah pendekatan yang berhubungan dengan kehidupan sosial ketiga pendekatan ini sangat berguna untuk mempelajari data yang relevan dengan permasalahan pendidikan.
Ada beberapa metode dalam melaksanakan pendidikan islam, setidaknya ada 15 metode, yaitu: ceramah, tanya jawab, mengambil pelajaran, mengkongkritkan masalah, penugasan, peragaan, diskusi, mmemberi perumpamaan, kunjungan ilmiah, korespondensi, hafalan, memberi pemahaman, memberikan pengalaman, mempermudah,dan mengembirakan. Arifin Muzain, membagi metode-metode pendidikan Islam menjadi 16 macam, yaitu : berfikir, induktif deduktif, praktik, jihad, situasional, kelompok, intruksional, cerita, bimbingan, dan penyuluhan, pemberian contoh dan teladan, diskusi, soal-jawab, imstal, khitbah, targhib dan tarhieb, dan acquistion selaf education, serta taubat dan ampunan.
Dari dua teori diatas tampaknya metode-metode pendidikan islam cukup banyak, namun dalam keragaman metode tersebut antara yang satu dengan yang lainnya memiliki kesamaan. Jika dikombinasikan berdasarkan dua teori diatas, maka metode-metode pendidikan Islam dan dibagi kedalam 11 macam, sesuai dengan metode-metode tersebut adalah :
Metode ceramah adalah cara penyampaian materi pendidikan melalui komunikasi satu arah yaitu dari pendidik kepada peserta didik (one way traffic comunication). Metode ini agak identik dengan tausiyah (memberi nasihat), dan khutbah.
Metode soal jawab adalah dengan cara, satu pihak memberikan pertanyaan sementara piahak lainnya memberikan jawaban. Dalam pengajaran, guru dan atau peserta didik dapat memberikan pertanyaan ataupun jawaban.
Metode I’tibar adalah pendidikan yang dilakukan dengan cara mengambil pelajaran, hikmah, dan pengartian dari sebuah peristiwa dan atau kisah yang terjadi. Biasanya metode ini terkait dengan penyampaian metode Cerita atau Ceramah.
Metode Resitasi adalah metode pendidikan dengan pemberian tugas. Biasanya metode ini terdiri dari tugas individu dan kerja kelompok. Metode ini dimaksudkan agar proses mengetahui dan memahami ilmu pengetahuan lebih efektif. Metode diskusi adalah pendidikan yang dilakukan dengan cara bertukar pikiran, pendapat dengan menetapkan pengertian dan sikap terhadap suatu masalah. Dengan metode ini peserta didik akan mencapai titik kebenaran.
Metode tamsiliyah adalah cara memberikan perumpamaan kepada yang lebih faktual. Pendidikan dengan metode ini dapat memberikan pelajaran-pelajaran berharga dari perumpamaan-perumpamaan kepada peserta didik. Metode mukatabah adalah pendidikan dengan cara korespondensi atau membuat surat-menyurat dalam berbagai tema (bahan pelajaran). Dengan metode ini hasil pengajaran yang disampaikan oleh pendidik akan lebih berkesan dan terkumpul dalam tulisan.
Metode tafhim adalah pendidikan dengan cara memahami apa-apa yang telah diperoleh dari belajar sendiri atau dengan  guru pendidik. Dengan metode ini peserta didik dituntut untuk lebih aktif mendapatkan makna secara mendalam terhadap bahan yang diterimanya. Metode cerita adalah pendidikan dengan membacakan sebuah cerita yang mengandung pelajaran baik. Dengan metode ini peserta didik dapat menyimak kisah-kisah yang diceritakan oleh guru, kemudian mengambil pelajaran dari cerita tersebut.
Metode pemberitahuan contoh dan tauladan adalah pendidikan yang dilakukan dengan cara memberikan contoh-contoh yang baik (uswahtun al-hasanah) berupa prilaku nyata, khususnya ibadah dan akhlak. Contoh tauladan ini merupakan pendidikan yang mengandung nilai paradadogis tinggi bagi peserta didik. Metode aquistion atau self education adalah metode pendidikan diri sendiri. Pendidikan dengan metode Self Education dilakukan dengan memberikan dorongan agar peserta didik dapat belajar dan membina diri mereka sendiri, setelah itu barulah dapat membina orang lainnya.
Berdasarkan dari penjelasan diatas jelaslah bahwa pentingnya metode dalam pendidikan. Karena dalam melakukan kegiatan belajar mengajar seorang guru menjalankan metode pembelajaran yang beraneka ragam akan membuat sarana kelas menjadi baik dan kelangsungan pembelajaran menjadi nyaman. Khususnya dalam pendidikan Islam

J.    Pendekatan Dalam Pendidikan Islam
Pendekatan berarti proses, perbuatan, dan cara mendekati. Dari pengertian ini pendekatan pendidikan' dapat diartikan sebagai suatu proses, perbuatan, dan cara mendekati dan mempermudah pelaksanaan pendidikan. Jika dalam kegiatan pendidikan, metode berfungsi sebagai cara mendidik, maka pendekatatan berfungsi sebagai alat bantu agar penggunaan metode tersebut mengalami kemudahan dan keberhasilan. Selain metode-metode memiliki peranan penting dalam kegiatan pendidikan Islam, pendekatan-pendekatan juga menempati posisi yang berarti pula untuk memantapkan penggunaan metode-metode tersebut dalam proses pendidikan, terutama proses belajar mengajar.
Pendekatan pendidikan Islam yang seharusnya dipahami dan dikembangkan oleh para pendidik adalah meliputi:
1.    Pendekatan Psikologis. Yang tekanannya diutamakan pada dorongan-dorongan yang bersifat persuasif dan motivatif, yaitu suatu dorongan yang mampu menggerakan daya kognitif (mencipta hal-hal baru), konatif (daya untuk berkemauan keras), dan afektif (kemampuan yang menggerakkan daya emosional). Ketiga daya psikis tersebut dikembangkan dalam ruang lingkup penghayatan dan pengamalan ajaran agama di mana faktor-faktor pembentukan kepribadian yang berproses melalui individualisasi dan sosialisasi bagi hidup dan kehidupannya menjadi titik sentral perkembangannya.
2.    Pendekatan sosial-kultural: yang ditekankan pada usaha pengembangan sikap pribadi dan sosial sesuai dengan tuntutan masyarakat, yang berorientasi kepada kebutuhan hidup yang semakin maju dalam berbudaya dan berperadaban. Hal ini banyak menyentuh permasalahan-permasalahan inovasi ke arah sikap hidup yang alloplastis (bersifat membentuk lingkungan sesuai dengan ide kebudayaan modern yang dimilikinya), bukannya bersifat auto plastis (hanya sekedar menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada)
3.    Pendekatan Religik. Yakni suatu pendekatan yang membawa keyakinan (aqidah) dan keimanan dalam pribadi anak didik yang cenderung ke arah komprehensif intensif dan ekstensif (mendalam dan meluas). Pandangan yang demikian, terpancar dari sikap bahwa segala, ilmu pengetahuan itu pada hakikatnya adalah mengandung nilai-nilai ke-Tuhanan. Sikap yang demikian harus di internalisasikan (dibentuk dalam pribadi) dan di eksternalisasikan (dibentuk dalam kehidupan di luar diri pribadinya.
4.    Pendekatan historis, yang ditekankan pada usaha pengembangan pengetahuan, sikap dan nilai keagamaan melalui proses kesejarahan. Dalam hubungan ini penyajian serta faktor waktu secara kronologis menjadi titik tolak yang dipertimbangkan dan demikian pula faktor keteladanan merupakan proses identifikasi dalam rangka mendorong penghayatan dan pengamalan agama.
5.    Pendekatan komparatif. Yaitu pendekatan yang dilakukan dengan membandingkan suatu gejala sosial keagamaan dengan hukum agama yang ditetapkan selaras dengan siatuasi dan zamannya. Pendekatan komparatif ini sering diwujudkan dalam bentuk komparatif  studi, baik di bidang hukum agama maupun j uga antara hukum agama itu sendiri dengan hukum lain yang berjalan, seperti hukum adat, hukum pidana/perdata, dan lain-lain.
6.    Pendekatan filosofis. Yaitu pendekatan yang berdasarkan tinjauan atau pandangan falsafah. Pendekatan demikian cenderung kepada usaha mencapai kebenaran dengan memakai akal atau rasio. Pendekatan filosofis sering dipergunakan sekaligus dengan pola berpikir yang rasional dan membandingkan dengan pendapat-pendapat para ahli filsafat dari berbagai kurun zaman tertentu beserta aliran filsafatnya.
Pendekatan dalam pendidikan Islam merupakan suatu cara untuk mempermudah dalam kelangsungan belajar mengajar. Sehingga tercapai tujuan pendidikan yang diharapkan dan lebih bisa menunjukkan keberhasilan pendidikan anak didik yang berdasarkan Skill yang dimilikinya.